ini adalah postingan yang lumayan panjang. jika ingin baca, lebih baik baca semuanya, baca setengah-setengah hanya akan memberikan persepsi yang salah. so, read it or leave it... :)
***
dan suatu pagi di sekolah, saya mendapat kesan tidak menyenangkan dari seorang guru. dan selayaknya anak kecil yang tidak mudah terima. saya menumpahkan kekesalan saya di sebuah grup facebook tentang guru tersebut. yang dampaknya, ternyata tidak sekecil yang saya kira.
esoknya, semua siswa dikumpulkan disatu tempat. saya masih santai, pikiran saya, guru-guru hanya akan memberikan sebuah pengumuman tentang kesekolahan. tidak lebih.
tapi dugaan saya semuanya salah. seorang guru yang namanya saya tulis di grup facebook kemarin maju ke mimbar dan menyebutkan nama saya. menjelaskan betapa tidak baiknya kelakuan saya. dan masih tergambar jelas bagaimana wajah guru tersebut marah semarah-marahnya orang marah. saya gemetar. keringat dingin. dan mau lari dari tempat itu secepatnya. tapi tentu saja tidak bisa.
orang-orang sekarang mungkin menyebutnya sebagai blunder. saya sadar tentang itu. beberapa teman ada yang menyemangati saya. dan tidak sedikit yang menyalahkan saya. sekolah yang luasnya kira-kira sama dengan luas lapangan sepak bola itu tak pernah terasa sesempit ini.
dalam situasi yang jauh dari rasa nyaman ini, satu-satunya yang bisa saya percaya adalah seseorang yang saya maksud di paragraf pertama. malam harinya, saya memutuskan untuk menemui orang itu untuk meminta nasihat.
"kejadian yang kamu alami sekarang itu sama kayak orang yang ngelempar batu ke telaga, Rif... gemericik dan riaknya sangat besar dan bergelombang di awal-awal. tapi seiring berjalannya waktu, gelombang tersebut sedikit demi sedikit akan kembali tenang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. tapi ada satu yang mesti kamu ingat, batunya masih tersisa didalam telaga tersebut."penjelasannya di malam itu secara tersirat memberikan saya dua pilihan.
pilihan pertama, saya melupakannya. toh memang benar air tersebut akan tenang kembali seiring berjalannya waktu.
pilihan kedua, yang kemudian saya putuskan untuk saya pilih adalah saya menyelam kedalam telaga dan mengambil kembali batu yang saya lempar. air akan kembali bergelombang, riaknya akan lebih besar dibanding sebelumnya. tapi setidaknya, saya membersihkan telaga tersebut dari batu yang saya lempar. saya mempertanggung jawabkan semuanya.
keren :) pengen deh bisa relax blogging kaya kamu, kata-katanya gampang di cerna, dan yang pasti gue inget banget sama kejadian itu, Tetep semangat ya.. :D
BalasHapusand Quote-nya.. bener" bikin terharu dan i'll take it to learn too :)
thanks :D
hihihi... salah satu saksi hidup kejadian di postingan ini... :)
Hapuspelajaran hidup yang sangat berharga ya mas.
BalasHapusdan pastinya ada hikmah dibalik semua peristiwa itu.
Beruntung sekali Arif memiliki mentor yang sangat bijak, tentunya Arif bakal siap menghadapi terpaan hidup di masa depan dengan bekal yang diperoleh dari seorang mentor yang handal tersebut.
BalasHapuskalau saya jadi Arif dan disuruh memilih diantara kedua pilihan di atas, tentunya saya lebih memilih pilihan kedua untuk mengambil batu dari telaga tersebut. Apapun resiko yang bakal terjadi akibat itu, namun setidaknya kita bakal puas dengan hasil yang diraih dikemudian hari..
pokoknya bersih deh, bisa rebahan di tepian pantai menikmati indahnya pasir dan lautan dengan perasaan lega..hahaha
Inspiring rif, mba irma juga mengambil pelajaran dari tulisan arif ini. terima ksih ya :)
BalasHapusbatunya masih tertinggal di dalam telaga itu...
BalasHapus>> kalo yang ini kuk kayaknya sering pura-pura lupa atau pura-pura tidak tahu :)
tidak gampang memilih ketika dalam kondisi yang sulit. Maka kehadiran pihak lain yang berperan sebagai pembuka jalan sangat diperlukan untuk itu. Walo sebenarnya kita telah diajarkan dalam shalat dan do'a bagaimana menghadapi sebuah masalah.
BalasHapusDan pilihan kedua adalah pilihan yang bijak, karena dengan bertanggungjawab sepenuhnya atas apa yang telah terjadi mampu menghilangkan semua beban yang terjadi. Lebih baik bersusah payah sejenak untuk kelegaan rasa dalam waktu yang panjang
pilihan yang tepat, nomer dua sob, yah cari aman saja hihi...
BalasHapuswah mas, sampe segitunya ya.. kalo aku numpahin kekesalan di fb maupun grup fb g pernah sih seingatku... semoga dengan pelajaran ini enggak ada lagi permasalahan karena kiriman di facebook
BalasHapusmembiarkan perlahan akan mereda dengan sendirinya, memperbaiki akan menimbulkan riak-riak yang lebih besar lagi, sekarang tergantung kita akan memilih yang mana ya sob karena masing-masing pilihan ada resiko-resiko.
BalasHapusnice share
Sebuah pengalaman akan menjadi pelajaran yang sangat berharga kedepannya. Perumpamaan yang pas :)
BalasHapusMenurutku, jangan terbawa emosi meluapkan sesuatu hal (entah itu kemarahan atau perasaan cinta) ke dlm jejaring sosial yg dibaca oleh publik. Dampaknya kedepan kadang tanpa kita sadari bisa berefek buruk buat kehidupan kita. Beruntung kamu punya seseorang yang bisa memberimu nasehat ttg apa yang harus dilakukan selanjutnya agar tdk merembes kemana-mana.
BalasHapussatu pelajaran yang bisa kita petik dari postingan ini adalah bahwa perlu kehati-hatian saat menulis di dunia maya...karena efeknya sungguh tak bisa kita duga ....salam :)
BalasHapusdear arif,
BalasHapuswaktu itu pahit ya pas dijalani
tapi gimana sekarang? bisa jadi pengalaman yg mendewasakan kan? ;)
kalo saya lebih memilih pilahan kedua.
BalasHapusmenyelam ke dalam telaga untuk mengambil batu itu.
ahh, luar biasaa..
ya, seperti itulah seharusnya.
BalasHapuscuman sayangnya hanya sedikit dari segelintir orang yang mencoba untuk mengambil batu-nya di telaga dan hanya membiarkannya saja.
Gurunya juga gak bijak, masak nyebut nama T.T
BalasHapusKeputusan yang bijaksana..
BalasHapusWow inspiring!
sayangnya kebanyakan orang akan lebih cenderung ke pilihan pertama tuh.. ckck
hoi arif, sudah jangan menyelam. biarkan saja batunya di sana dan riaknya tenang. kamu cuma perlu belajar dari kesalahan saja. biarkan batu di sana jadi pengingatmu, kalau kamu pernah berbuat salah dan tidak akan mengulangi lagi.
BalasHapustetap semangat ya nak... :)
btw, lonceng angin diturunkan, maaf ya, padahal kamu ngikutin cerita itu tapi aku nya sibuk banget... huhuhu
wah gurunya kok sampek gitu ya? hmmmmm
BalasHapusambil hikmahnya aja deh,, salam..
BalasHapusmemetik hikmah dari tulisan yang mencerahkan ini agar bisa mengambil pilihan yang kedua
BalasHapussalam kenal, kunjungan perdana
BalasHapusmet siang trmksi banyak dah berbagi
BalasHapus