mungkin sudah bukan manusia lagi

geram deh. satu bulan terakhir saya jadi tahu sifat asli orang-orang (bahkan yang dekat) gara-gara pilpres ini.

entah mungkin gimana, kok orang-orang jadi gampang banget ya ngomong kasar, menghina dan mencaci. duh ya Allah.. dulu perasaan susah banget deh nyari cacian. kalaupun ada tulisan cacian dan hinaan, itu terkumpulnya di website-website debat kusir yang memang peruntukkannya menghina dan SARA. dan kita gak akan menemukannya kalau ngga mencarinya.

yang bikin lebih sedihnya lagi, semua hinaan dan cacian itu mengakar dan seolah-olah orang yang berseberangan dengannya itu bukan manusia. contohnya:

[tentang gaza]
A: innalillahi, kejam banget israel itu
B: si juki ngapain nih kalo soal beginian?
A: paling bilang ra popo

dear teman-teman yang baik, saya yakin, baik pak prabuwi maupun pak juki, kalau melihat ada manusia lain yang sedang dibantai, berdarah dan keadaannya seperti saudara kita di jalur gaza sana, saya yakin setidaknya mereka pasti berdo'a. meskipun di dalam hati.

menurut saya, menjadi calon presiden sepertinya tidak akan membuat hati seseorang menjadi dingin (dalam artian kejam/tidak punya perasaan). kok justru malah yang menjadi pendukungnya yang hatinya jadi dingin?


6 comments
  1. benar Arif,...pesta demokrasi ini membuat orang-orang tidak menikmati 'pesta' nya dlm artian bersuka cita tp cenderung berperang...entah komentar, dll.

    Semoga segera dikembalikan dan indonesia kembali damai meski bukan dgn president pilihan masing2.

    BalasHapus
  2. Mungkin karena mereka terlalu berlebihan.

    BalasHapus
  3. Tahun ini kyknya pilpres yg heboh ya...

    BalasHapus
  4. aku sedih pilpres ini karena banyaknya temanteman yang menunjukkan sifat aslinya yang ternyata ya ampun... :((

    BalasHapus
  5. Coba saja ketika itu pak jusuf kalla yang notabene seorang ketua PMI . 'Nyeletuk' tentang kepeduliannya tentang palestina ditengah tengah pesta demokrasi tersebut . pasti jadi luar biasa hahaha :))

    BalasHapus
  6. Karena para pendukung harus belajar membedakan, mana yang benar-benar mendukung, mana yang mengkultuskan. Batasannya samar, dan terkadang kita tidak merasakan apa-apa saat sudah melewati batas itu.

    BalasHapus