Sudah tiga jam ia diam tanpa suara di sudut kamar ini. yah, kalau memang tempat ini masih bisa disebut kamar sih. secara statistik, 98% bagian isi rumah tak ada yang tak rusak. secara sekilaspun kamu bisa melihat meja terbalik, televisi pecah, patahan kaki kursi yang tersangkut di lampu pijar (entah bagaimana bisa seperti itu), dan pecahan-pecahan kaca juga barang elektronik yang memenuhi lantai. dan jika ingin jeli sedikit saja, ada sedikit darah di beberapa beling yang terserak di lantai.
8 Jam sebelumnya
Sekitar jam satu siang, terlihat Arya sedang duduk di sebuah lobby terminal internasional bandara Soekarno - Hatta. dari raut mukanya, ia terlihat sedikit gelisah. atau mungkin kata yang lebih tepat adalah ia sedang gugup maksimal. tangannya tak henti-hentinya memainkan kotak kecil bermotif polkadot dengan pita ungu menempel tak rapih diatasnya. walaupun ini sudah menjadi kebiasannya semenjak 6 bulan terakhir, dan ia sudah hapal betul suasana lobby yang AC nya masih saja rusak sejak pertama kali ia kesini, ia tetap saja tak bisa menghilangkan perasaan gugupnya. rasa gugup karena ia akan segera bertemu dengannya sebentar lagi.
Sudah sekian kali Arya melihat jam di smartphonenya juga mendongak untuk melihat jam digital besar yang menempel di tembok lobby memastikan tak ada yang salah dengan posisi waktunya sekarang. semakin dipastikan malah semakin membuat Arya gelisah. kali ini benar-benar gelisah. karena seharusnya semua alasan ia untuk kemari itu sudah selesai 47 menit yang lalu.
Arya bangun dari tempat duduknya untuk melihat sekeliling dengan jeli. meskipun ramai, ia seharusnya bisa mengenalinya meskipun dari jauh jika melihatnya. merasa usahanya nihil, ia kembali duduk dan membuka aplikasi messenger di smartphonenya:
Zahra said:
aku baru take off nih, tunggu yah :) - 7 hours ago
You wrote:
okee :) - 7 hours ago
You wrote:
kamu di mana? - a few minutes ago !not sent
Mungkin masih di pesawat dan dia masih mengaktifkan aiplane mode di smartphonenya. sehingga pesannya tidak terkirim. batin Arya optimis. lagipula kalau diingat-ingat, ia belum mendengar pengumuman ada pesawat yang landing dari tadi. jadi mungkin ada delay dan memang ia belum mendarat. deduksi Arya menenangkan diri. diapun memutuskan untuk tenang dan duduk merebah. menunggunya. sedikit lebih lama.
Sebuah mimpi terjatuh membangunkan Arya dan iapun kaget menyadari dirinya tertidur di kursi lobby bandara. melihat jam dinding digital besar, rangkaian kekagetannya berlanjut. ia ternyata sudah ketiduran selama 3 jam lebih. buru-buru ia beranjak dari kursinya dan melihat sekeliling. tak ada tanda-tanda orang yang ditunggunya sudah datang, diapun lantas membuka aplikasi messengernya, tak ada pesan baru. rasa gugupnya kini hilang dan berganti dengan rasa khawatir dan cemas. tanpa menunggu waktu, ia pun segera pergi mengarah ke bagian informasi bandara, menanyakan apakah penerbangan pesawat Garuda 747 yang ditumpangi Zahra, kekasihnya. sudah mendarat.
Saat berjalan, sebuah televisi yang tertempel di salah satu dinding sudut bandara tersebut menarik perhatiannya. bukan apa-apa, ia tak sengaja melihatnya karena televisi tersebut sedang dikerubungi oleh orang-orang. beberapa diantaranya ada yang menonton televisinya sambil menangis. Aryapun mengenyitkan alisnya dan melihat layar televisi tersebut lebih jelas. sebuah berita kecelakaan pesawat sedang tersiar saat itu.
Dengan seluruh tubuh yang bergetar, ia menghampiri layar televisi tersebut. sebuah berita kecelakaan pesawat Garuda 747 sudah menjadi headline utama berita-berita televisi nasional tanah air. pesawat yang sama yang Zahra tumpangi. kesadaran Aryapun menggelap.
Arya masih menatap kosong langit melalui jendela kamarnya yang pecah, ia masih tak sadar kalau kakinya masih meneteskan darah karena menginjak beling yang berserakan dilantai. rasa sakit fisik sepertinya tak berguna jika rasa sakit dihatinya sudah sangat besar. di hari itu, ia merasa, alasannya untuk hidup sudah jatuh bersama pesawat yang membawa kekasihnya dari dunia ini.
Kamis, 14 Agustus 2014
Waduh,... kirain romance, ternyata kisah tragis. :D
BalasHapusomaigatttt
BalasHapusaku sering banget naik pesawat rif
mak, mulai besok naik becak aja pulang kampung... maraton becak dari satu becak ke becak lainnya. Kasian abang becaknya, jadi kudu maraton.
HapusRif, makin bagus tulisanmu... :")
pas ini di posting, arif lupa besoknya arif naik pesawat.. lumayan bikin was-was -_-
Hapus