Di bawah gerimis



Di bawah gerimis sore.

Ada yang berpayungan berdua. Ada yang mengepulkan asap rokok dan menyeruput kopi. Ada juga yang bermotoran dengan atau tanpa jas hujan. Ada anak bermain ada anak menangis. Ada yang bersiap bekerja adapula yang baru pulang mengabdi. Masing-masing ada kehidupannya sendiri.

Mereka yang hidup di bawah gerimis. Saling menghakimi dan saling membenci. Dalam guyuran air rintik-rintik, setiap yang bernafas merasa paling benar. Kadal memakan lalat demi hidup, lalat berserapah selama hidupnya memusuhi kadal.

Begitu terus putaran kehidupan dalam guyuran air dari masa ke masa. Semua demi kebahagiannya masing-masing. Semua demi kepentingannya masing-masing.
16 comments
  1. Begitulah manusia, seolah memang ditakdirkan untuk menjadi sesosok penghakim terhebat yang merasa paling benar.

    BalasHapus
  2. Ibaratnya kehidupan itu suatu topeng ya, mas ... , pandai-pandainya diri kita menghadapi beragam karakter orang.

    BalasHapus
  3. Sebuah penggambaran pencarian kebahagiaan. Walau harus saling memangsa dan menindas.

    BalasHapus
  4. penyusunan kata-kata yang indah mas.

    BalasHapus
  5. Iya itulah kehidupan, warna warni memang

    BalasHapus
  6. Semasa pacaran, satu payung dipakai berdua terasa romantis padahal pundak kebasahan. Setelah menikah, bawa payung masing-masing, biar gak basah :D

    BalasHapus
  7. Ada 'kepentingan' itu yang membikin kacau semuanya #eh :D

    BalasHapus
  8. Ahhhkkk...aku mulai muak dengan semua ini, saling menghantam, menikam satu sama lain, ngomong apaan gua yah ckck

    BalasHapus
  9. kadang juga saya berpikir
    kita di suatu lokasi
    jika kita mengetahui apa yang dipikirkan orang2 yang disekitar kita...

    BalasHapus
  10. Life...
    Btw, aku suka deh sama style tulisan kamu 😊

    BalasHapus
  11. Sweet words

    Jangan lupa dedek dedek ojek payung yang berebut mencari penumpang
    dan buibu yang berteduh sembari mendekap anaknya

    Ah...
    Gerimis punya banyaaak cerita yang menyentuh, memang :')

    BalasHapus
  12. Sementara di sudut lain kota itu seorang ayah berjalan pulang dengan gontai sambil membayangkan bagaimana reaksi wajah putri kecilnya ketika dia berkata "Es jualan ayah hari ini nggak laku, Dek. Tahan dulu ya laparnya."

    BalasHapus
  13. suka dgn kalimat "lalat berserapah sepanjang hidupny" hehe pantes suara lalat ngueng ngueng y rif...btw pkbrnya sukses n sehat selalu ya.

    BalasHapus
  14. Ya begitulah hidup. Maka dari itu kita sebagai manusia haruslah pandai-pandai bersyukur, agar segala sesuatunya terasa indah.

    BalasHapus