~GarisHorizon~1. Pertemuan Pertama….
Tiga paragraf sudah aku menulis PR mengarangku, jam sudah menunjukkan pukul 06.55, di sudut kelas aku berusaha menyelesaikan PR-ku yang sama sekali tak kusentuh semalam. “Arrrgh… lima menit lagi aku bakalan kena semprot guru killer itu, Sial!.” Dengusku dalam hati. Teet! Teet! Bunyi bel itu sukses membuat aku putus asa. Kusimpan pulpen dan buku dengan rapih ke dalam tas dan mempersiapkan senyum lebar dan wajah tanpa dosa untuk menghadapi detik-detik kemalanganku.
Aku duduk dipaling belakang sendirian, dikelas dua semester satu Sekolah Menengah Atas ini bukannya aku menjadi lebih baik malah semakin sulit untuk fokus kepelajaran. “Pagi anak-anak!.” Sapaan yang terlalu tiba-tiba itu menghancurkan lamunanku. “Guru killer itu sudah ada didepan! Sial!...”jeritku dalam hati. “coba keluarkan tugas Bapak yang kemarin, bapak ingin memerikasanya.” Suruhnya kepada setiap siswa dikelas. Tentu saja ini yang semakin membuat keringat dinginku membanjir. “Oh ya! Sebelum itu ada yang ingin bapak kenalkan, dia murid pindahan dari luar kota namanya Siska Djuwita, silahkan masuk Siska.”. anak perempuan itupun masuk dan berdiri dihadapan kami semua, wajahnya memang cantik tapi menurutku tak ada yang spesial dari dirinya selain rapih. Ya! Dari atas hingga bawah menunjukkan kalau dia perempuan yang rapih. “kamu bisa duduk disamping Andre.” Guru killer itu mempersilahkan duduk kepadanya untuk bergabung dengan kami semua. “Eh tunggu! Andre kan namaku?” aku tersadar. Dan dengan kecepatan cahaya Siska sudah duduk disampingku. “Andre”. Kataku sambil mengulurkan tangan mengajaknya berkenalan. “Andre! Mana tugasmu!!” kata guruku setengah berteriak. “Eh… Oh… Ha…. Shit! Aku lupa….!!!”.
Aku menyeruput es jeruk sambil memijat-mijat tanganku yang pegal karena tadi pagi aku push up lima puluh kali gara-gara PR dan guru sialan itu. Di jam istirahat ini aku akan benar-benar menggunakannya untuk istirahat!.
“Andre ya?.” Suara yang cukup halus menegurku dari belakang.
“Boleh saya duduk disini? Semua tempat disini sudah terisi selain tempatmu.” Ternyata itu adalah siska.
“Oh ya! Silakan.” Kataku sambil meletakkan gelas bekas es jerukku yang (ternyata) sudah habis.
“Siska Djuwita, tadi belum sempat kan? Hi..“ katanya dengan senyum yang meledek sekali.
“Oh iya, Andre!.” Dengusku dengan agak kesal karena sikapnya.
“hi.. hi.. kamu lucu!” sambil menutup mulutnya untuk tertawa.
“Huh!.” Walaupun agak kesal dengan sikapnya, tapi entahlah aku melihat sepertinya dia sudah lama tidak seperti ini, yah! Walaupun aku baru bertemu dengannya hari ini. Tapi, aku merasakan aura yang tidak biasa. Sepertinya dia telah bertahun-tahun berada dalam masa yang begitu keras dan pedas. Entah apa itu! Tapi, yang pasti aku merasakannya seperti itu.
“Oh iya Sis, ngomong-ngomong kenapa kamu pindah?”. Tanyaku.
“Greeg!..”. dia beranjak dari tempat duduk dan berlalu begitu saja, tanpa bilang apa-apa dan tanpa isyarat apa-apa. dia bahkan mungkin tak mendengar pertaanyaanku barusan.
“Huh! Dia itu kenapa sich?” dengan perasaan gondok, aku besungut-sungut sendiri dengan sikapnya yang aneh dan misterius.
“Teet!.. Teet!...” bel yang menandakan waktu istirahat sudah habis berbunyi begitu kerasnya, dan akhirnya aku harus kembali kekelas dengan perasaan yang masih gondok dan kesal.
(Bersambung… hope u like it. ^_^)
next chapter http://garishorizon.blogspot.com/2010/05/countdown-romance-chapter-2.html
Tiga paragraf sudah aku menulis PR mengarangku, jam sudah menunjukkan pukul 06.55, di sudut kelas aku berusaha menyelesaikan PR-ku yang sama sekali tak kusentuh semalam. “Arrrgh… lima menit lagi aku bakalan kena semprot guru killer itu, Sial!.” Dengusku dalam hati. Teet! Teet! Bunyi bel itu sukses membuat aku putus asa. Kusimpan pulpen dan buku dengan rapih ke dalam tas dan mempersiapkan senyum lebar dan wajah tanpa dosa untuk menghadapi detik-detik kemalanganku.
Aku duduk dipaling belakang sendirian, dikelas dua semester satu Sekolah Menengah Atas ini bukannya aku menjadi lebih baik malah semakin sulit untuk fokus kepelajaran. “Pagi anak-anak!.” Sapaan yang terlalu tiba-tiba itu menghancurkan lamunanku. “Guru killer itu sudah ada didepan! Sial!...”jeritku dalam hati. “coba keluarkan tugas Bapak yang kemarin, bapak ingin memerikasanya.” Suruhnya kepada setiap siswa dikelas. Tentu saja ini yang semakin membuat keringat dinginku membanjir. “Oh ya! Sebelum itu ada yang ingin bapak kenalkan, dia murid pindahan dari luar kota namanya Siska Djuwita, silahkan masuk Siska.”. anak perempuan itupun masuk dan berdiri dihadapan kami semua, wajahnya memang cantik tapi menurutku tak ada yang spesial dari dirinya selain rapih. Ya! Dari atas hingga bawah menunjukkan kalau dia perempuan yang rapih. “kamu bisa duduk disamping Andre.” Guru killer itu mempersilahkan duduk kepadanya untuk bergabung dengan kami semua. “Eh tunggu! Andre kan namaku?” aku tersadar. Dan dengan kecepatan cahaya Siska sudah duduk disampingku. “Andre”. Kataku sambil mengulurkan tangan mengajaknya berkenalan. “Andre! Mana tugasmu!!” kata guruku setengah berteriak. “Eh… Oh… Ha…. Shit! Aku lupa….!!!”.
***
Aku menyeruput es jeruk sambil memijat-mijat tanganku yang pegal karena tadi pagi aku push up lima puluh kali gara-gara PR dan guru sialan itu. Di jam istirahat ini aku akan benar-benar menggunakannya untuk istirahat!.
“Andre ya?.” Suara yang cukup halus menegurku dari belakang.
“Boleh saya duduk disini? Semua tempat disini sudah terisi selain tempatmu.” Ternyata itu adalah siska.
“Oh ya! Silakan.” Kataku sambil meletakkan gelas bekas es jerukku yang (ternyata) sudah habis.
“Siska Djuwita, tadi belum sempat kan? Hi..“ katanya dengan senyum yang meledek sekali.
“Oh iya, Andre!.” Dengusku dengan agak kesal karena sikapnya.
“hi.. hi.. kamu lucu!” sambil menutup mulutnya untuk tertawa.
“Huh!.” Walaupun agak kesal dengan sikapnya, tapi entahlah aku melihat sepertinya dia sudah lama tidak seperti ini, yah! Walaupun aku baru bertemu dengannya hari ini. Tapi, aku merasakan aura yang tidak biasa. Sepertinya dia telah bertahun-tahun berada dalam masa yang begitu keras dan pedas. Entah apa itu! Tapi, yang pasti aku merasakannya seperti itu.
“Oh iya Sis, ngomong-ngomong kenapa kamu pindah?”. Tanyaku.
“Greeg!..”. dia beranjak dari tempat duduk dan berlalu begitu saja, tanpa bilang apa-apa dan tanpa isyarat apa-apa. dia bahkan mungkin tak mendengar pertaanyaanku barusan.
“Huh! Dia itu kenapa sich?” dengan perasaan gondok, aku besungut-sungut sendiri dengan sikapnya yang aneh dan misterius.
“Teet!.. Teet!...” bel yang menandakan waktu istirahat sudah habis berbunyi begitu kerasnya, dan akhirnya aku harus kembali kekelas dengan perasaan yang masih gondok dan kesal.
***
(Bersambung… hope u like it. ^_^)
next chapter http://garishorizon.blogspot.com/2010/05/countdown-romance-chapter-2.html
0 comments