~GarisHorizon~
Chapter 1 : http://garishorizon.blogspot.com/2010/05/countdown-romance-chapter-1.html
Chapter 2 : http://garishorizon.blogspot.com/2010/05/countdown-romance-chapter-2.html
3. Pak Sudarwanto yang termenung
Jujur, aku tak tau apa yang harus kulakukan untuk membantu Pak Sudarawanto.
Inti masalahnya saja aku tidak mengerti, bagaimana aku membantunya? Terlebih aku hanya siswa biasa yang benar-benar biasa, tak pernah aku mendapatkan prestasi rangking satu dikelas, aku juga tak pernah mendapatkan piala kejuaraan akademis, ikutan kejuaraan akademis saja aku tak pernah bahkan kejuaraan balap kelereng dikampungku pas tujuh belasan saja aku kalah. Sedangkan ini sepertinya masalah yang dapat merubah kehidupan seseorang, dan seseorang itu jelas Pak Sudarwanto.
“ah! Yang penting niat aja dulu buat membantunya.” Aku bergumam berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri.
“Teet.. Teet..”. akhirnya, saat jam istirahat berbunyi pun Pak Sudarwanto tidak masuk kelas untuk mengajar. Aku terburu-buru keluar untuk menemui Pak Sudarwanto, setidaknya aku ingin berbicara dulu dengannya.
“Brukk!...” aku menabrak seseorang dan sama-sama jatuh kelantai, entah siapa yang kutabrak.
“Sory! Sory banget! Lagi buru-buru.” kataku.
“iya gak apa-apa koq.” Jawab orang yang kutabrak barusan.
“ah! Lagi-lagi kamu Sis!” ternyata orang yang kutabrak adalah Siska yang baru kembali dari lorong sekolah.
“Biarin.” Jawabnya dengan wajah cemberut. Sepintas, aku melihatnya memungut bungkusan kecil transparan yang terbuat dari plastik, sepertinya tadi terjatuh akibat tabrakan barusan. didalamnya ada beberapa butir benda mirip permen berwarna kuning. Aku tak terlalu memikirkannya, karena saat itu aku ingin cepat-cepat menemui Pak Sudarwanto lagipula mungkin itu semacam obat penurun panas atau obat maag.
“yaudah aku duluan ya!”. kataku setelah kami sudah berdiri lagi dari insiden tabrakan barusan.
“iya”. responnya sambil memasukkan bungkusan plastik itu kedalam kantung rok sekolahnya.
Pak Sudarwanto masih duduk ditaman dengan wajah yang murung, dia sepertinya telah memutuskan hal yang begitu berat dan berpengaruh pada kehidupannya. Tapi, tak sedikitpun aku melihat ekspresi menyesal diwajahnya, kupikir dia adalah sosok yang tegar dan berpegang teguh pada prinsipnya dan sepertinya dia juga berani bertindak jika dia merasa apa yang dilakukannya benar. Hal itu semua telah meruntuhkan imej-ku pada Pak Sudarwanto, yang sebelumnya aku cenderung membencinya karena killer abis, tapi sekarang aku melihatnya sebagai seorang laki-laki yang bertanggung jawab dan patut untuk diteladani.
“Pak.” Tegurku yang cukup membuatnya kaget, namun tetap tenang.
“Oh, Andre... Siska juga! Kalian sudah akrab yah” jawabnya.
“Heh! Kamu kenapa ada disini?”. Kali ini aku benar-benar kaget ketika Siska sudah ada disampingku lagi tanpa kusadari.
“Yah Gitu deh Pak, oh iya! Andre mau ngomong sesuatu Pak.” Siska sungguh membuatku kesal, pertama dia adalah ninja! Aku yakin itu!. Kedua, dia tidak mempedulikan pertanyaanku barusan dan ketiga dia malah langsung to the point ke Pak Sudarwanto! Siaal!.
“Ada apa (An)Dre?” tanya Pak Sudarwanto tanpa memperhatikan raut mukaku yang kesal karena sikap Siska.
“Emh... Gini Pak, sebenarnya tadi saya ‘gak sengaja denger percakapan Bapak dengan Bapak Kepala Sekolah, sepertinya Bapak punya masalah yang cukup rumit. Dan saya ingin membantu Bapak. Yah! Walaupun mungkin bantuan saya cuman sedikit tapi saya ingin benar-benar membantu Bapak.” Aku menjelaskan dengan hati-hati.
“Hm.. kenapa kamu ingin tahu masalah Bapak?”
“Maaf Pak, saya bukan ingin tahu tapi ingin membantu.” Aku berusaha meyakinkan Pak Sudarwanto dengan ekspresi wajah serius.
“Oh begitu ya! Kalau memang seperti itu, ayo ikut Bapak.” Aku Mengekor mengikuti Pak Sudarwanto berharap bisa tahu inti permasalahan yang dihadapi Pak Sudarwanto dan yang paling penting aku berharap bisa membantunya.
Bersambung ^_^
Chapter 4 = http://garishorizon.blogspot.com/2010/05/countdown-romance-chapter-4.html
Chapter 1 : http://garishorizon.blogspot.com/2010/05/countdown-romance-chapter-1.html
Chapter 2 : http://garishorizon.blogspot.com/2010/05/countdown-romance-chapter-2.html
3. Pak Sudarwanto yang termenung
Jujur, aku tak tau apa yang harus kulakukan untuk membantu Pak Sudarawanto.
Inti masalahnya saja aku tidak mengerti, bagaimana aku membantunya? Terlebih aku hanya siswa biasa yang benar-benar biasa, tak pernah aku mendapatkan prestasi rangking satu dikelas, aku juga tak pernah mendapatkan piala kejuaraan akademis, ikutan kejuaraan akademis saja aku tak pernah bahkan kejuaraan balap kelereng dikampungku pas tujuh belasan saja aku kalah. Sedangkan ini sepertinya masalah yang dapat merubah kehidupan seseorang, dan seseorang itu jelas Pak Sudarwanto.
“ah! Yang penting niat aja dulu buat membantunya.” Aku bergumam berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri.
“Teet.. Teet..”. akhirnya, saat jam istirahat berbunyi pun Pak Sudarwanto tidak masuk kelas untuk mengajar. Aku terburu-buru keluar untuk menemui Pak Sudarwanto, setidaknya aku ingin berbicara dulu dengannya.
“Brukk!...” aku menabrak seseorang dan sama-sama jatuh kelantai, entah siapa yang kutabrak.
“Sory! Sory banget! Lagi buru-buru.” kataku.
“iya gak apa-apa koq.” Jawab orang yang kutabrak barusan.
“ah! Lagi-lagi kamu Sis!” ternyata orang yang kutabrak adalah Siska yang baru kembali dari lorong sekolah.
“Biarin.” Jawabnya dengan wajah cemberut. Sepintas, aku melihatnya memungut bungkusan kecil transparan yang terbuat dari plastik, sepertinya tadi terjatuh akibat tabrakan barusan. didalamnya ada beberapa butir benda mirip permen berwarna kuning. Aku tak terlalu memikirkannya, karena saat itu aku ingin cepat-cepat menemui Pak Sudarwanto lagipula mungkin itu semacam obat penurun panas atau obat maag.
“yaudah aku duluan ya!”. kataku setelah kami sudah berdiri lagi dari insiden tabrakan barusan.
“iya”. responnya sambil memasukkan bungkusan plastik itu kedalam kantung rok sekolahnya.
Pak Sudarwanto masih duduk ditaman dengan wajah yang murung, dia sepertinya telah memutuskan hal yang begitu berat dan berpengaruh pada kehidupannya. Tapi, tak sedikitpun aku melihat ekspresi menyesal diwajahnya, kupikir dia adalah sosok yang tegar dan berpegang teguh pada prinsipnya dan sepertinya dia juga berani bertindak jika dia merasa apa yang dilakukannya benar. Hal itu semua telah meruntuhkan imej-ku pada Pak Sudarwanto, yang sebelumnya aku cenderung membencinya karena killer abis, tapi sekarang aku melihatnya sebagai seorang laki-laki yang bertanggung jawab dan patut untuk diteladani.
“Pak.” Tegurku yang cukup membuatnya kaget, namun tetap tenang.
“Oh, Andre... Siska juga! Kalian sudah akrab yah” jawabnya.
“Heh! Kamu kenapa ada disini?”. Kali ini aku benar-benar kaget ketika Siska sudah ada disampingku lagi tanpa kusadari.
“Yah Gitu deh Pak, oh iya! Andre mau ngomong sesuatu Pak.” Siska sungguh membuatku kesal, pertama dia adalah ninja! Aku yakin itu!. Kedua, dia tidak mempedulikan pertanyaanku barusan dan ketiga dia malah langsung to the point ke Pak Sudarwanto! Siaal!.
“Ada apa (An)Dre?” tanya Pak Sudarwanto tanpa memperhatikan raut mukaku yang kesal karena sikap Siska.
“Emh... Gini Pak, sebenarnya tadi saya ‘gak sengaja denger percakapan Bapak dengan Bapak Kepala Sekolah, sepertinya Bapak punya masalah yang cukup rumit. Dan saya ingin membantu Bapak. Yah! Walaupun mungkin bantuan saya cuman sedikit tapi saya ingin benar-benar membantu Bapak.” Aku menjelaskan dengan hati-hati.
“Hm.. kenapa kamu ingin tahu masalah Bapak?”
“Maaf Pak, saya bukan ingin tahu tapi ingin membantu.” Aku berusaha meyakinkan Pak Sudarwanto dengan ekspresi wajah serius.
“Oh begitu ya! Kalau memang seperti itu, ayo ikut Bapak.” Aku Mengekor mengikuti Pak Sudarwanto berharap bisa tahu inti permasalahan yang dihadapi Pak Sudarwanto dan yang paling penting aku berharap bisa membantunya.
Bersambung ^_^
Chapter 4 = http://garishorizon.blogspot.com/2010/05/countdown-romance-chapter-4.html
like it...
BalasHapuslagi2 bersambung :(
BalasHapus(y) :D
BalasHapus